Yang Berbakatlah yang akan dikenang

Pemilik Blog

Zainuddin

Sunday 25 June 2017

On June 25, 2017 by zainuddin in    1 comment
Dalam lontarak pammana, kepunyaan andi makkaraka, Arung Battempola, terdapat cerita tentang kedatuan cina. Disebutkan dalam kedatuan cina . Disebutkan bahwa wilayah kedatuan cina adalah termasuk daerah Bone sekaran dan sebagian besar Wajo serta soppeng kerajaan ini terbagi atas Cina rilauk dan Cina Riaja. Cina riaja berpusat di daerah pammana sekarang, pusat pemerintahan raja pertama yang bernama La Sattungpugik Datunna Cina. Beliau kawin dengan We tenriabang puteri raja tompoktikka la unrempessi turukbella-e. We tenriabang bersaudara dengan We datu sengngeng isteri batara lattuk (I La Tiuleng)  da we addiluwuk, ratu tompoktika II.
Raja L Sattumpugik Datunna  Cina yang bermula menamakan rakyatnya orang-orang ugik  (Bugis), sesuyai dengan akhir namanya La Sttum-Pugik, sedang negerinya diberikan nama cina atau tana ugik(negeri bugis). Salah seorang putrinya bernama We Cudaik daeng Risompa (punna Bola-e ri la Tanate) kawin dengan sepupu sekalinya bernama Sawerigading ( La Maddukelleng To Appanyompa,opunna Warek, putra sulung batara Lattuk, Raja Luwu II). Pasangan inilah yang melahirkan I La Galigo To Padammani, opunna cina yang kemudian menjadi datu cina atau Datu Tana Ugik yang ke III. Perkawinan pertama I La Goligo dengan We Monnok Tenrigangka ( Datunna Tempe). Lahirlah Puteranya La tenritatta yang kemudian menjadi pajung Luwu’ yang ke III. Baginda ini pulalah yang menutup kisa Raja-Raja Luwu’ yang tersebut dalam buku Galigo atau masa yang termasuk Pra-Sejarah.
Kesuliatan pertama dalam mengkaji masa Galigo adalah menentukan tahun-tahun pemerintahan raja-raja. Dalam seminar nasional folktale sawerigading yang di selenggarakan Universitas Tadulako di Palu, pada tanggal 7 sampai dengan 10 mare 1987, penulis telah mencoba menelusuri waktu dan tahun pemerintahan seorang raja. Hasil pengkajian terhadap Lontarak Sukkukna Wajo, di peroleh keterangan bahwa Datu luwu’ La Pattiwarek Daeng Parabbung ( Di Luwu’ di sebuk pattiarasek) di islamkan oleh datuk sulaiman pada tahun 1603. Menurut Lontarak Nb No. 208 bahwa ada 13 orang raja yang mendahului La Pattiwarek. Jika setiap raja-raja memerintah rata-rata 25 tahun, maka raja pertama di Luwu’ simpurusiangdi hitung sekitar tahun 1253 atau pertengahan abad ke 13. Dalam silsilah kerajaan luwu menyatakan bahwa Simpurusiang adalah putera We Tenriabeng bersama rammang ri Langik. Permainsuri simpuurusiang adalah patianjala menurut tradisi lisan ia lahir di peretiwi-Toddatoja sesudah peristiwa “turungnya perahu Sawerigading bersama keluarganya” Ke urik liung ( dunia bawah) yang disungai cerekang, kalau demikian, sawerigading hidup di sekitar tahun 1053 ( Generasi ke empat), sedang batara Lattuk hidup pada tahun 1028 dan batara guru sekitar tahun 1003.
Kesulitan kedua muncul, karena lontarak bone (matthes, Boegineesche chrestomathie II) menyatakan bahwa setelah raja-raja yang tercantum di dalam buku Galigo habis semua karena turung ke benua bawah , maka Pitu tutturenna dek na Arung ( tujuh generasi tidak ada lagi raja). Jika Lontarak cerita Bone ini di arikan secara harfiah, maka tujuhg generasi itu adalah 175 tahun. Kalau angka ini di pegang maka berarti sawerigading hidup di sekitar tahun 878 dan batara Guru (neneknya) hidup di sekitar 828. Konsekuensi dari perhitungan ini, maka simpurusiang, Datu Luwu’ pada masa sejarah ( atau masa Lontarak) bukanlah putra We Tenriabeng atau kemanakan dari sawerigading, melainkan di duga keras adalah keturunannya yang muncul kembali di Luwu’.
Cerita kemunculan Simpurusiang yang di anggap To manurung ( Raja Pertama) pada masa sejara di luwu’ mempunyai pola yang sama dengan turunnya raja pertama batara Guru di Ussuk dalam masa Galigo ( Pra Sejarah ) keduanya di anggap To manurung yaitu orang yang turung dari langit. Pola yang sama pula Karena hampir semua raja pertama yang ada di Sulawesi selatan kecuali Wajo’ semuanya di sebut To Manurung. Lukisan dari lontarak menyebutkan “Naniasseng garek To Manurung Nasabak Tenrisseng apolegenna, Tenrisetto inanna amanna” (di sebut to manurung sebab tidak di ketahui dari mana datangnya dan tidak pula di ketahui ayah dan ibunya). Jadi yang menyebutnya To Manurung bukan raja sendiri atau pengikutnya , melainkan penulis Lontarak sendiri.

Sumber dari buku SEJARAH SULAWESI SELATAN yang di tuluis oleh Prof. Mr. Dr. andi zainal Abidin yang di bantu oleh Drs. Sudirman Sabang. 

1 comment:

  1. Hi Selamat Pagi mas masku
    teman kamu pada menang puluhan juta
    ayo giliran kamu! menangkan sekarang juga
    Pilih Agen Poker & DominoQQ Yang Terpercaya?
    PIN BB : D61E3506
    Whatsapp : +85598249684
    L ine : Sinidomino
    poker online

    ReplyDelete